DENPASAR – Gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) mengguncang Pulau Bali kemarin hingga mengakibatkan sedikitnya 56 orang terluka dan puluhan bangunan rusak. Gempa juga sempat mengganggu aktivitas wisata di Bali. Berdasar pantauan harian Seputar Indonesia (SINDO) di lapangan, korban luka akibat gempa dirawat di dua rumah sakit yakni di Rumah Sakit (RS) Sanglah dan RS Wangaya Denpasar.
Mereka rata-rata mengalami luka ringan di bagian kepala,tangan,dan kaki akibat terkena genteng saat gempa terjadi. Setelah mendapat perawatan, mereka diizinkan pulang. ”Tinggal tujuh orang yang masih dirawat intensif karena lukanya cukup serius,dua di antaranya bocah berusia 8 tahun,”kata Kepala Seksi Pelayanan Medik RS Sanglah I Gusti Bagus Ken Wirasandi di Denpasar kemarin.
Dari keseluruhan korban, 30 di antaranya merupakan guru dan murid SMKN 2 Denpasar. Seperti korban lainnya,mereka rata-rata terluka akibat tertimpa genteng dan atap saat berusaha menyelamatkan diri. Gempa pukul 11.16 WITA pada kedalaman 10 km dengan pusat di 143 km Barat Daya Nusa Dua itu terasa di semua wilayah Bali. Gempa susulan terjadi sampai 10 kali dan terakhir pukul 15.52 WITA dengan kekuatan 5,6 SR.
Di Denpasar dan Badung, kekuatan gempa terasa sangat kuat dan membuat warga panik. ”Saya sedang berhenti di lampu merah. Motor tiba-tiba bergoyang seperti ada yang menabrak dari belakang,” ujar Ni Komang Erviani, warga Denpasar. Gempa juga membuat panik kawasan wisata seperti Sanur, Kuta, dan Nusa Dua. Para wisatawan berhamburan keluar hotel.
“Untungnya, baru dua hari lalu petugas kami mendapat pelatihan siaga bencana sehingga kepanikan cepat teratasi,” ujar PR Manajer Hotel Sanur Beach Candy Juliani. Di Kuta,wisatawan yang sedang di pantai sempat panik oleh isu tsunami. Namun,setelah diumumkan bahwa sirene peringatan tsunami tidak berbunyi, mereka kembali menuju pantai. Pemkot Denpasar mencatat, sedikitnya 19 bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa.
Beberapa bangunan yang rusak antara lain 8 gedung sekolah, Gedung DPRD Kota Denpasar, Monumen Perjuangan Rakyat Bali,Museum Alam Puri Penatih, pos pemadam kebakaran, RS Kasih Ibu, dan beberapa rumah warga. Gempa juga merontokkan atap kantor rental kendaraan ”Traffica”di kawasan Bandara Ngurah Rai di Tuban,Kabupaten Badung.
Dari pemantauan di kawasan bandara itu hingga kemarin sore tak terlihat ada bangunan lain di sana yang rusak, kecuali atap kantor penyewaan kendaraan itu.Aktivitas di bandara berjalan normal meskipun para penumpang dan pedagang sempat berhamburan keluar untuk mencari tempat yang aman. Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Perry Markus mengakui gempa sempat berdampak pada aktivitas pariwisata.
Beberapa wisatawan yang menginap di hotel bertingkat memilih check out dan pindah ke cottageyang bangunannya tidak tinggi. Sejumlah wisatawan juga sempat merasa khawatir terhadap tsunami. ”Rata-rata dari tamu yang menginap di hotel kawasan pinggir pantai,”imbuh Perry. Dia menuturkan,gempa terjadi saat sebagian besar wisatawan sedang berada di dalam hotel. Mereka umumnya sedang berkemas mempersiapkan diri untuk berkunjung ke sejumlah objek pariwisata di Bali.
Beruntung, para petugas hotel sudah sering mendapat pelatihan tanggap bencana, terutama gempa dan tsunami sehingga kepanikan cepat teratasi.” Gempa tadi menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk lebih tanggap bencana,terutama dari segi kesiapan petugas hotel dan infrastrukturnya,” ungkap Perry. Selain di Bali,gempa juga dirasakan di daerah-daerah lain seperti Lombok dan Jawa Timur.
Gempa bahkan dirasakan cukup keras oleh warga di kabupaten/ kota se-Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sukrianto, warga Kota Sumbawa Besar,Kabupaten Sumbawa, mengatakan bahwa sebagian warga di Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa,berhamburan ke luar rumah dan bangunan lain, termasuk para pegawai di sejumlah instansi pemerintah.
Demikian pula warga pesisir Pantai Labuan Lalar berlari menjauh dari pantai. Mereka khawatir gempa disertai tsunami seperti yang melanda Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat puluhan tahun lalu. Mujtahidin, warga Dompu, mengaku merasakan guncangan gempa keras sehingga warga dan para pelajar lari mencari tempat aman. “Mereka tidak lagi memikirkan harta benda, prinsipnya mereka keluar sejauh mungkin,”ungkapnya.
Gempa bahkan menyebabkan pasien dan petugas medis di RSUD Dompu panik. Sebagian pasien ada yang dievakuasi keluar ruang perawatan oleh keluarganya karena takut tertimpa reruntuhan. ”Kami masih trauma dengan gempa bumi yang sering terjadi di Dompu sejak beberapa tahun terakhir,” kata Heriyanto Syamsuddin, keluarga pasien yang dirawat di RSUD Dompu. Sementara di Kota Mataram, sejumlah siswa juga berhamburan keluar ruang kelas termasuk di SMAN 5 Mataram.
Para siswa yang tengah belajar berlari ke luar ruangan, bahkan di antara mereka ada yang takut masuk kelas lagi. “Bahkan ada teman saya yang nangis minta pulang karena takut kelasnya roboh,” kata Amalia, siswa SMAN 5 Mataram. Gempa juga membuat warga Surabaya, Jawa Timur, panik. Ribuan PNS di lingkungan Pemkot Surabaya berlarian keluar gedung sekitar pukul 10.15 WIB.
Mereka panik ketika bangunan bergetar keras. Kepanikan menghinggapi pegawai negeri sipil (PNS) yang berada di lantai tiga hingga lima kantor pemkot.Salah satu PNS yang ada di lantai lima, Adang Kurniawan, mengatakan, getaran gempa sangat terasa dan berlangsung cukup lama,sekitar tiga sampai empat menit.Para pegawai langsung berhamburan keluar ruangan.
Warga di Jember, Lumajang, Bondowoso,Banyuwangi, Situbondo, serta Probolinggo juga merasakan gempa. Berdasarkan informasi yang dihimpun, gempa memicu kepanikan warga.Kepanikan di RSUD dr Soebandi tampak pada pasien rawat jalan, rawat inap, dan pasien ruang persalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar